Breaking News

KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR





KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR
Oleh: Nursilan, S.Pd

Secara umum, ada tiga guru professional, yakni mendidik, mengajar dan melatih.(Suyanto dan Asep Djihad, 2002:3). Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai- nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan sedangkan melatih itu sendiri adalah mengembangkan keterampilan- keterampilan untuk kehidupan sisiwa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab di atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan kopetensi tertentu sebagai bagian dari professionalisme guru.
Pada dasarnya kompetensi diartikan sebagai kemampuan atau kecapan. Mc. Load dalam Suyanto dan Assep Ajihad mendefinisikan kompetensi sebagai perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak dimata pemangku kepentingan.
Sebagai pengajar, seorang guru dituntut untuk lebih leluasa dan berwewenang dalam pembelajaran yang berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pendidik. Sebagai tenaga pengajar, setiap guru memiliki kemampuan professionalisme keguruan sehingga dapat menangani apa yang terjadi di dalam kelas. Adapaun kemampuan guru dalam mengajar dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut.
1.    Sebagai fasilitator, yang menyediakan kemudahan- kemudahan bagi peserta didik dalam proses belajar menajar (Suyanto dan Assep Ajihad, 2002: 4). Dalam proses belajar mengajar, guru tidak saja dituntut sebagai belajar yang tunggal, tetapi dia berperan sebagai prantara antara materi pengajaran dengan murid. Ia meramu bahan pengajaran dari berbagai sumber dan disajikan kepada murid. Agar murid dapat menyerap materi yang diberikan gurumemberikan berbagai kemudahan kepada murid.
2.    Sebagai pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan pada proses belajar mengajar.
3.    Sebagai penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan belajar yang menantang bagi siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan semangat.
4.    Sebagai model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepaa peserta didik agar berprilaku sesuai dengan norma yang ada dan berlaku di dunia pendidikan.
5.    Sebagai motivator, yang turut menyebarluaskan usha- usaha pembaharuan kepada masyarakat khususnya kepada subjek didik, yaitu siswa.
6.    Sebagai agen perkembangan kognitif, yang menyebarluaskan ilmu dan teknologi kepada peserta didik dan masyarakat luas.
7.    Sebagai manajer, yang memimpin kelompok sisiwa dalam kelas sehingga keberhasilan proses belajar mengajar tercapai.
Pupuh Fathurrohman dan AA. Suryana, 2011: 16, menambahkan beberapa kemampuan guru dalam mengajar agar proses pembelajaran tidak redup , diantaranya adalah
1.    Sebagai demonstrator, untuk menjalankan peranannya sebagai guru atau pengajar, guru dituntut menguasai bahan atau materi pengajaran, metode mengajar dan mampu menyusun program dan menerapkan program pengajaran secara efektif.
2.    Sebagai pengelola kelas, peranannya sebagai pengelola kelas (classroom manajer), guru dituntut untuk menciptakan situasi kelas yang menantang dan merangsang minat murid untuk belajar. Tujuan dari pengelolaan kelas adalah menyediakan dan menggunakan semua fasilitas kelas untuk berbagai kegiatan belajar mengajar agar tercapai hasil yang optimal.
3.    Sebagai evaluator, untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar yang dilaksanakan untuk periode tertentu, guru harus melakukan evaluasi. Demikian juga untuk tiap selesai mengajar satu pokok bahasan guru harus melakukan evaluasi. Kemampuan dalam evaluasi sangat penting dimiliki oleh seorang guru untuk meniai keberhasilan proses belajar mengajar.
C.O. Houle (1998) dalam Suyanto dan Assep Ajihad, 2002: 6, membuat ciri- ciri suatu pekerjaan disebut professionalisme meliputi:
1. Harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat
2. Harus berdasarkan atas kompetensi individual (bukan atas dasar KKN-pen)
3. Memiliki sistem seleksi dan sertifikasi
4. Ada kerjasama dan kompetensi yang sehat antar sejawat
5. Adanya kesadaran professional yang tinggi
6. memiliki prinsip- prinsip etik (kode etik)
7. Memiliki sistem sanksi profesi
8. Adanya militansi individual, dan
9. Memiliki organisasi profesi
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidik perlu pendidikan, pelatihan dan jam terban memadai. Dalam konteks tersebut, menjadi guru professional setidaknya memiliki standar minimal, yakni:
1.    Memiliki kemampuan intelektual yang baik
2.    Memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional
3.    Memmpunyai keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara efektif
4.    Memahami konsep perkembangan psikologi anak
5.    Memiliki kemampuan mengorganisir dan proses belajar
6.    Memiliki kreativitas dan seni mendidik.
Selain itu, guru professional dituntut untuk memiliki tiga kemampuan, pertama kemampuan kognitif, berarti guru harus memiliki pengetahuan materi, metode, media dan mampu merencanakan dan mengembangkan kegiatan pembelajaran. Kedua, kemampuan psikomotorik, berarti guru dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan alam menginplementasikan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan sehari- hari. Ketiga, kemampuan efektif, sehingga ia akan mampu menjadi model yang bisa diteladani ole peserta didik.
Selain meiliki tiga kemampuan tersebut guru professional juga perlu melakukan pembelajaran di kelas secara efektif. Bagaimanakah ciri- ciri guru efektif?, Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas (1998) dalam Suyanto dan Assep Ajihad, 2002: 8, telah mengelompokkannya ke dalam empat kelompok besar yakni:
1.    Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi:
a.       Memiliki kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan kelulusan
b.      Memiliki hubungan baik dengan siswa
c.       Mampu menerima, mengakui, dan memperlihatkan siswa secara tulus
d.      Menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar
e.       Mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas antar elompok siswa
f.       Mampu melibatkan siswa dalam meng-organisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran
g.      Mampu mendengar siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi
h.      Mampu meminimalkan friktif- friktif di kelas jika ada

2.    Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi:
a.       Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa ynag tidak memiliki perhatian, suka menyela, engalihkan pembicaraan dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran
b.      Mamou bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa

3.    Memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement),  yakni meliputi:
a.       Mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa
b.      Mampu memberikan respom yang bersifat membantu terhadap siswa yang lamban belajar
c.       Mampu memberikan tidak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan
d.      Mampu memberikan bantuan professional kepada siswa jika diperlukan

4.    Memiliki kemampuan yang terkait peningkatan diri, meliputi:
a.       Mempu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif
b.      Mampu memperluas dan menambahkan pengetahuan mengenai metode- metode mengajar
c.       Mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompo untuk menciptakan dan mengembangkan metode pengajaran yang relavan
Kepribadian guru sangat berpengaruh terhadap siswa, maka guru perlu memiliki ciri sebagai orang yang berpribadi matang dan sehat. Allport (1978) mengemukakan bahwa ciri-ciri orang yang mempunyai kepribadian matang adalah:
a.      Extension of the sense of selt. Meningkatkan kesadaran diri, melihat sisi lebih dan sisi kurang dari diri;
b.      Warm relatedness to other. orang tipe ini mampu menjalin relasi dengan hangat dengan orang lain. Allport membedakan menjadi inti-macy (keintiman) dan compassion (kecintaan). Keintiman merupakan kemampuan orang yang mencintai keluarga atau teman. Sedangkan kecintaan merupakan kemampuan orang untuk mencintai keluarga, teman, maupun orang lain. Guru yang memiliki tipe ini biasanya mempunyai banyak relasi, tidak hanya sebatas relasi di sekolah, tetapi juga relasi di lingkungan sosial.
c.       Self acceptance. Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi dan mampu menjauhi sikap overact. Biasanya, guru yang memiliki sifat ini mempunyai toleransi tinggi terhadap frustasi, dan mau menerima apa yang ada dalam dirinya.
d.      Realistic perception of reality. Memiliki persepsi yang realistik terhadap kenyataan. Guru yang memiliki sikap ini berorientasi pada perseolan rill yang dihadapi, bukan pada diri sendiri semata.
e.       Self objectivication. Memiliki pemahaman akan diri sendiri. Guru seperti ini biasanya mengetahui kemampuan dan keterbatasan dirinya. Selain itu juga,dia juga memiliki sens of humor (rasa kejenakaan). Ketika dia mempunyai masalah, maka dia mampu memecahkan masalah yang pelik tersebut dengan cara yang sedehana di selingi unsur humor.
f.        Unifying philosophy of  life (filsafat hidup yang mempersatukan). Memiliki pedoman hidup untuk menyatukan nilai-nilai yang kuat dalam kehidupan. Guru seperti ini biasanya memiliki kematangan dalam membangun kepahaman tentang tujuan hidup.
Selain kepribadian matang, orang juga perlu memiliki kepribadian yang sehat. Karakteristik yang harus dimilikinya, oleh E.B Hurlock (1978), dijabarkan sebagai berikut:
a.       Mampu menilai diri secara realistik. Individu yang kepribadiannya sehat mampu menilai dirinya sebagai mana adanya, baik menyangkut kelebihan (kecerdasan dan keterampilan) maupun kekurangannya (postur tubuh, wajah, keutuhan, dan kesehatan).
b.      Mampu menilai situasi secara realistik. Individu seperti ini dapat menghadapi kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerimanya secara wajar. Dia juga tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatau yang harus sempurna.
c.       Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik. Individu yang dapat menilai prestasi yang diperolehnya secara realistik dan mereaksinya secara rasional. Ketika orang ini memperoleh kesuksesan dalam hidup, dia tidak turut menjadi orang yang sombong. Demikian halnya, apabila mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan frustasi, tetapi tetap dengan sikap optimistik (penuh harapan).
d.      Menerima tanggung jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab. Orang yang memiliki karakter sepeti ini biasanya mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapnya.
e.       Kemandirian. Individu yang memiliki sifat mandiri, baik menyangkut cara dia berpikir dan bertindak. Selain itu, dia juga mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dilingkungannya.
f.       Dapat mengontrol emosi. Individu seperti ini biasanya merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat menghadapi frustasi, depresi atau stres secara positif atau konstruktif, tidak destruktif (merusak).
g.      Berorientasi tujuan. Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Namun, dalam merumuskan tujuan itu  ada yang meralistik dan ada yang tisdak realistik. Individu yang sehat kepribadiannya dapat merumuskan tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional).
h.      Berorientasi keluar. Individu yang sehat memiliki oerientasi keluar dari dirinya. Orang seperti ini biasanya respek dan empati terhadap orang lain, mempunyai kepribadian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya, dan bersifat fleksibel dalam berpikir. Barret Leonard mengemukakan sifat-sifat individu yang beroerientasi keluar, yaitu: (a) menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya sendiri, (b) merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, (c) tidak membiarkan dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain karena kekecewaan dirinya.
i.        Diterima secara sosial. Individu yang dinilai positif oleh orang lain. Dia juga mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
j.        Memiliki filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang berakakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
k.      Berbahagia. Individu yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagian. Kebahagian ini didukung oleh faktor-faktor pencaoaian prestasi, penerimaan dari orang lain, dan perasaan dicintai atau disayangi orang lain.
Sementara ciri-ciri keprofesionalan di bidang kependidikan, telah di rumuskan oleh Westby dan Gibson (2004: 21), sebagai berikut:
a.       Memiliki kualitas layanan yang di akui oleh masyarakat;
b.      Memiliki sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan prosedur yang unik dalam melakukan layanan profesinya;
c.       Memerlikan persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat melaksanakan pekerjaan profesional dalam bidang pendidikan;
d.      Memiliki mekanisme untuk melakukan seleksi sehingga orang yang memiliki kompetensi saja yang bisa masuk ke profesi bidang pendidikan;
e.       Memiliki organisasi profesi untuk meningkatkan layanan kepada  masyarakat.
Sementara itu, para guru pun diharapkan memiliki jiwa profesionalisme, yaitu sikap mental yang senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan dirinya sebagai petugas profesional. Pada dasarnya profesionalisme itu, merupakan motivasi intrinsik pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya ke arah perwujudan profesional. Kualitas profesionalisme didekung oleh lima kompetensi sebagai berikut:
1.      Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal.
Berdasarkan kritera ini, guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar yang idea. Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada figur yang dipandang memilki standar ideal. Yang di maksud dengan standar ideal ialah suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai rujukan.
2.      Selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi.
Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional. Citra profesi adalah suatu gambaran terhadap profesi guru berdasarkan penilaian terhadap kinerjanya. Perwujudannya dilakukan melalui berbagai cara misalnya penampilan, cara berbicara, penggunaan bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi, dan sebagainya.
3.      Senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya.
Berdasarkan kriteranya ini para guru di harapkan selalu berusaha mencari dan memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan profesinya. Berbagi kesempatan yang dapat di manfaatkan untuk pengembangan profesinya, antara lain:
a.       Mengikuti kegiatan ilmiah, seperti lokakarya, seminar, simposium, dan sebagainya.
b.      Mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan.
c.       Melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
d.      Menelaah kepustakaan, membuat karya ilmiah.
e.       Memasuki organisasi profesi.
4.      Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi.
Profesionalisme ditandai dengan kualitas derajat rasa bangga akan profesi yang dipegangnya. Dalam kaitan ini diharapkan agar para guru memilki rasa bangga dan percaya diri akan profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan penghargaan akan pengalamannya di masa lalu, dedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya sekarang, dan keyakinan akan potensi dirinya bagi perkembangan di masa depan.
Dalam UU Guru dan Dosen pasal (7) ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai berikut:
a.       Memilki bakat,minat, panggiljiw dan idealisme
b.      Memilkii kualifikasi pendidikan dan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya
c.       Memiliki kompetensi yang di perlukan sesuai tugasnya
d.      Mematuhi kode etik profesi
e.       Memilki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas
f.       Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya
g.      Memilki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan
h.      Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya
i.        Memilki organisasi profesi yang berbadan hukum.

Macam-macam Keterampilan Mengajar Guru
Turney dalam Sambassalim (2012) mengemukakan ada 8 (delapan) keterampilan mengajar/membelajarkan yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya:
1.      KETERAMPILAN BERTANYA
Ada yang mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir.
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap siswa, yaitu:
a.     Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar.
b.     Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadai atau dibicarakan.
c.     Mengembangkan pola dan cara belajar aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
d.     Menuntun proses berfikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik.
e.     Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.
Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan, baik isi pertanyaannya maupun teknik bertanya.
2.      KETERAMPILAN MEMPEBERIKAN PENGUATAN
Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
a.       Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut: (a).  Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran. (b)  Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar. (c).  Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.
b.      Jenis-jenis Penguatan
1)      Penguatan verbal, Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
2)      Penguatan non-verbal, Penguatan non-verbal terdiri dari penguatan gerak isyarat, penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan tak penuh (partial).
3)      Prinsip Penggunaan Penguatan
Penggunaan penguatan secara efektif harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respons yang negatif.


3.      KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.
a.       Tujuan dan Manfaat
1)      Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar mengajar yang relevan.
2)      Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.
3)      Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4)      Guna member kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenanginya.

b.      Prinsip Penggunaan
1)      Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.
2)      Variasi harus digunakan secara lancer dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3)      Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran.
Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen, yaitu :
a.         Variasi dalam cara mengajar guru, Variasi dalam cara mengajar guru meliputi : penggunaan variasi suara (teacher voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement), gerakan badan mimik, dan pergantian posisi guru dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).
b.         Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut : variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
c.         Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola interaksi dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan. Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai berikut:a (a) Pola guru-murid, yakni komunikasi sebagai aksi (satu arah) (b). Pola guru-murid-guru, yakni ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi) (c).  Pola guru-murid-murid, yakni ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain. (d).   Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid. Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah) (e). Pola melingkar, dimana setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran.

4.      KETERAMPILAN MENJELASKAN
 Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
a.       Tujuan Memberikan Penjelasan
1)      Membimbing murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.
2)      Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
3)      Untuk mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.
4)      Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.


5.      KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Membuka pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.
Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Komponen keterampilan menutup pelajaran meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.

6.      KETEAMPILAM MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.
Komponen-komponen keterampilan membimbing diskusi
a.       Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi
b.      Memperluas masalah atau urutan pendapat
c.       Menganalisis pandangan siswa
d.      Meningkatkan urunan pikir siswa
e.       Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
f.       Menutup diskusi

7.      KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan komponen-komponen  keterampilan, antara lain:
a.       Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif).. Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member perhatian, memusatkan perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas, menegur dan member penguatan.
b.      Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini  berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah, atau orang tua siswa.
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut: (1) campur tangan yang berlebihan (teachers instruction). (2).  kesenyapan (fade away) (3). ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars) (4).  penyimpangan (digression) (5). bertele-tele (overdwelling)
8.      KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Komponen keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Diharapkan setelah menguasai delapan keterampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu mahasiswa calon guru dalam mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif dan dikembangkannya pola observasi yang sistematis dan objektif.
Menjadi calon guru dan guru professional sebenarnya mudah asalkan saja kita mau belajar dan bergerak dan kata kuncinya adalah kemauan. Karena ada pepatah mengatakan,”Di mana ada kemauan di situ ada jalan”. Jadi tidak ada salahnya kita ingin menadi yang terbaik dalam dunia pendidikan hendaknya kita mau ingin bergerak.
Yusriadi dalam bukunya Pendidikan yang Inspiratif memberikan pesan kepada calon dan guru untuk lebih berpikir positif dalam setiap langkah agar menjadi calon dan guru yang lebih profesional.
a.       Mau Belajar
Guru yang mau belajar sungguh snagat berbeda dengan guru yang enggan belajar. Ia memanfaatkan hasil yang telah ia raihselama ini yang menurut orang lain belum cukup atau pas bilaman ia menjadi seorang pendidik. Hendaknya ia lebih belajar lebih tinggi lagi.
Meningkatnya kualitas guru dan pendidikan tergantung bagaimana pendidikan guru yang mendidik. Seharusnya pemerintah memberikan sertifikasi kepada guru yang ingin belajar lebih tinggi dan mempunyai kemauan untuk belajar. Guru harus belajar dan menuntut ilmu, sehingga dengan demikian guru- guru dapat mendorong anak- anak secara maksimal. Jika guru- guru sudah maksimal, ketika itulah mereka mendapatkan tambahan pendapatan. Orang harus diayar berdasarkan nilai pekerjaan yang ia lakukan.

b.      Menjadi Guru Baik
Guru yang baik adalah guru yang tidak pernah memberikan nilai yang bagus kepada siswa. Guru yang baik adalah guru yang tiak memberikan tugas tambahan. Dan guru yang baik itu masuk akhir dan pulang lebih awal. Tetapi sesungguhnya kbaikan dalam bayangan ini adalah kebaikan semu. Guru yang baik yang sesungguhnya adalah guru yang mengajar dengan benar dan amanah.
Augustine Cury dalam Yusriadi (2013: 83) menyebutkan ada 6 kebiasaan guru baik dan mengagumkan. (1) Guru yang baik pandai bicara, sedangkan guru yang mengagumkan tahun cara kerja pikir. (2) Guru yang baik mempunyai metodologi, sedangkan guru yang mengagumkan mempunyai kepekaan. (3) Guru yang baik mendidik kecerdasan logika, sedangkan guru yang mengagumkan mendidik emosi. (4) Guru yang baik menggunakanmemori sebagaipenyimpang informasi sedangkanguru yang mengagumkan menggunakan sebagai seni berpikir. (5) Guru yang baik adalh pemimpin yang mentara, sedangkan guru yang mengagumkan adalah pemimpin yang tak terlupakan. (6) Guru yang baik.

c.       Menjadi Guru Modis
Guru modi adalah guru yang berpenampilan menor atau berlebihan. Guru harus memberikan contoh yang baik pada siswanya dan guru menjadi model bagi semua siswa. Oleh karena itu hendaknya guru harus memperhatikan penampilannya. Penampilan guru hendaknya berpenampilan sederhana, tetapi bersih. Memang seorang guru harus memperhatikan penampilan fisik, tetapi perhatian itu lebih kepada konsep utilities.

d.      Melakukan hal yang Positif
Hendaknya guru lebih akif dalam mengajar, masuk kelas untuk mendidik dengan mentransfer ilmunya, bukan malah sebaliknya enggan untuk masuk kelas dan malah cuek dengan siswa. Risih melihat siswa yang mengerumuni dirinya.
Namun seharusnya yang dilakukan adalah masuk ke kelas lebih awal dari pada siwa dan tepat waktu alias disiplin dan keluarnya sesuai dengan jadwal dan terakhir keluar dari kelas.

e.       Jangan Menyiksa diri
Penmapilan memang penting bagi seorang guru namun lebih memperhatikan kualitas diri.  Seorang guru dilihat dari bagaimana ia berpakaian, merek dan bahan apa yang dipakainya tidaklah penting melainkan apakah yang dipakainya itu asalkan rapi dan senang dipandang orang.
Islam mengjarakan kita kepada sesama, bahwasanya janganlah melihat ke tas melainkan lihatlah ke bawah. Artinya kita hidup ini janganlah selalu mementingkan kelebihan atau membawa kita kepada jauh dari Allah dan hendaknya kita lebih ingat dan memperhatikan yang di bawah kita agar kita selalu mempunyai hati yang sosial dan jernih.

f.       Menulis
Menulis memang pekerjaan pekerja kademis yang mampu duduk berjam- jam dan mengerjakan pekerjaan kantor. Namun bagi seorang guru lebih dituntut lagi lebih suka dalam dunia tulis menulis. Bila mana ingin naik pangkat dan menambah gaji maka guru juga dituntut untuk lebih professional dalam menulis, dengan bentuk Karya Ilmia atau Riset Penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Pupuh Fathurrohman dan Dr. AA. Suryana, MM. 2011. Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran. Refika Aditama. Bandung
Sambassalim. 2012. “Keterampilan Mengajar Guru”, dalam http://Keterampilan Mengajar guru_Crixs.htm (akses internet  Kamis, 19 Juni 2014)
Suyanto dan Asep Djihad. 2012. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Professional. Multi Pressindo. Yogyakarta
Yusriadi. 2013. Inspirasi pendidikan untuk Pendidikan yang Inspiratif. STAIN Press. Pontianak.



Tidak ada komentar