KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR
KETERAMPILAN GURU DALAM MENGAJAR
Oleh: Nursilan, S.Pd
Oleh: Nursilan, S.Pd
Secara
umum, ada tiga guru professional, yakni mendidik, mengajar dan melatih.(Suyanto
dan Asep Djihad, 2002:3). Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-
nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan
sedangkan melatih itu sendiri adalah mengembangkan keterampilan- keterampilan
untuk kehidupan sisiwa. Untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab di
atas, seorang guru dituntut memiliki beberapa kemampuan dan kopetensi tertentu
sebagai bagian dari professionalisme guru.
Pada
dasarnya kompetensi diartikan sebagai kemampuan atau kecapan. Mc. Load dalam
Suyanto dan Assep Ajihad mendefinisikan kompetensi sebagai perilaku yang
rasional untuk mencapai tujuan dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan
kewajiban secara bertanggung jawab dan layak dimata pemangku kepentingan.
Sebagai
pengajar, seorang guru dituntut untuk lebih leluasa dan berwewenang dalam
pembelajaran yang berdasarkan kualifikasinya sebagai tenaga pendidik. Sebagai
tenaga pengajar, setiap guru memiliki kemampuan professionalisme keguruan
sehingga dapat menangani apa yang terjadi di dalam kelas. Adapaun kemampuan
guru dalam mengajar dalam pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut.
1.
Sebagai
fasilitator, yang menyediakan kemudahan- kemudahan bagi peserta didik dalam
proses belajar menajar (Suyanto dan Assep Ajihad, 2002: 4). Dalam proses
belajar mengajar, guru tidak saja dituntut sebagai belajar yang tunggal, tetapi
dia berperan sebagai prantara antara materi pengajaran dengan murid. Ia meramu
bahan pengajaran dari berbagai sumber dan disajikan kepada murid. Agar murid
dapat menyerap materi yang diberikan gurumemberikan berbagai kemudahan kepada
murid.
2.
Sebagai
pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan pada proses belajar
mengajar.
3.
Sebagai
penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan belajar yang
menantang bagi siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan semangat.
4.
Sebagai
model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepaa peserta didik agar
berprilaku sesuai dengan norma yang ada dan berlaku di dunia pendidikan.
5.
Sebagai
motivator, yang turut menyebarluaskan usha- usaha pembaharuan kepada masyarakat
khususnya kepada subjek didik, yaitu siswa.
6.
Sebagai
agen perkembangan kognitif, yang menyebarluaskan ilmu dan teknologi kepada
peserta didik dan masyarakat luas.
7.
Sebagai
manajer, yang memimpin kelompok sisiwa dalam kelas sehingga keberhasilan proses
belajar mengajar tercapai.
Pupuh
Fathurrohman dan AA. Suryana, 2011: 16, menambahkan beberapa kemampuan guru
dalam mengajar agar proses pembelajaran tidak redup , diantaranya adalah
1.
Sebagai
demonstrator, untuk menjalankan peranannya sebagai guru atau pengajar, guru
dituntut menguasai bahan atau materi pengajaran, metode mengajar dan mampu
menyusun program dan menerapkan program pengajaran secara efektif.
2.
Sebagai
pengelola kelas, peranannya sebagai pengelola kelas (classroom manajer), guru
dituntut untuk menciptakan situasi kelas yang menantang dan merangsang minat
murid untuk belajar. Tujuan dari pengelolaan kelas adalah menyediakan dan
menggunakan semua fasilitas kelas untuk berbagai kegiatan belajar mengajar agar
tercapai hasil yang optimal.
3.
Sebagai
evaluator, untuk mengetahui berhasil atau tidaknya proses belajar mengajar yang
dilaksanakan untuk periode tertentu, guru harus melakukan evaluasi. Demikian
juga untuk tiap selesai mengajar satu pokok bahasan guru harus melakukan
evaluasi. Kemampuan dalam evaluasi sangat penting dimiliki oleh seorang guru
untuk meniai keberhasilan proses belajar mengajar.
C.O.
Houle (1998) dalam Suyanto dan Assep Ajihad, 2002: 6, membuat ciri- ciri suatu
pekerjaan disebut professionalisme meliputi:
1. Harus
memiliki landasan pengetahuan yang kuat
2. Harus
berdasarkan atas kompetensi individual (bukan atas dasar KKN-pen)
3. Memiliki
sistem seleksi dan sertifikasi
4. Ada kerjasama
dan kompetensi yang sehat antar sejawat
5. Adanya
kesadaran professional yang tinggi
6. memiliki
prinsip- prinsip etik (kode etik)
7. Memiliki
sistem sanksi profesi
8. Adanya
militansi individual, dan
9. Memiliki
organisasi profesi
Menjadi
guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam
mendidik perlu pendidikan, pelatihan dan jam terban memadai. Dalam konteks
tersebut, menjadi guru professional setidaknya memiliki standar minimal, yakni:
1.
Memiliki
kemampuan intelektual yang baik
2.
Memiliki
kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional
3.
Memmpunyai
keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara efektif
4.
Memahami
konsep perkembangan psikologi anak
5.
Memiliki
kemampuan mengorganisir dan proses belajar
6.
Memiliki
kreativitas dan seni mendidik.
Selain
itu, guru professional dituntut untuk memiliki tiga kemampuan, pertama
kemampuan kognitif, berarti guru harus memiliki pengetahuan materi, metode,
media dan mampu merencanakan dan mengembangkan kegiatan pembelajaran. Kedua,
kemampuan psikomotorik, berarti guru dituntut memiliki pengetahuan dan
kemampuan alam menginplementasikan ilmu yang dimiliki dalam kehidupan sehari-
hari. Ketiga, kemampuan efektif, sehingga ia akan mampu menjadi model yang bisa
diteladani ole peserta didik.
Selain
meiliki tiga kemampuan tersebut guru professional juga perlu melakukan
pembelajaran di kelas secara efektif. Bagaimanakah ciri- ciri guru efektif?,
Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas (1998) dalam Suyanto dan Assep Ajihad,
2002: 8, telah mengelompokkannya ke dalam empat kelompok besar yakni:
1.
Memiliki
kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas yang kemudian dapat
dirinci lagi menjadi:
a.
Memiliki
kemampuan interpersonal, khususnya kemampuan menunjukkan empati, penghargaan
kepada siswa, dan kelulusan
b.
Memiliki
hubungan baik dengan siswa
c.
Mampu
menerima, mengakui, dan memperlihatkan siswa secara tulus
d.
Menunjukkan
minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar
e.
Mampu
menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas antar elompok
siswa
f.
Mampu
melibatkan siswa dalam meng-organisasikan dan merencanakan kegiatan
pembelajaran
g.
Mampu
mendengar siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi
h.
Mampu
meminimalkan friktif- friktif di kelas jika ada
2.
Kemampuan
yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi:
a.
Memiliki
kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa ynag tidak memiliki perhatian,
suka menyela, engalihkan pembicaraan dan mampu memberikan transisi substansi
bahan ajar dalam proses pembelajaran
b.
Mamou
bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda
untuk semua siswa
3.
Memiliki
kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan
(reinforcement), yakni meliputi:
a.
Mampu
memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa
b.
Mampu
memberikan respom yang bersifat membantu terhadap siswa yang lamban belajar
c.
Mampu
memberikan tidak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan
d.
Mampu
memberikan bantuan professional kepada siswa jika diperlukan
4.
Memiliki
kemampuan yang terkait peningkatan diri, meliputi:
a.
Mempu
menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif
b.
Mampu
memperluas dan menambahkan pengetahuan mengenai metode- metode mengajar
c.
Mampu
memanfaatkan perencanaan guru secara kelompo untuk menciptakan dan
mengembangkan metode pengajaran yang relavan
Kepribadian
guru sangat berpengaruh terhadap siswa, maka guru perlu memiliki ciri sebagai
orang yang berpribadi matang dan sehat. Allport (1978) mengemukakan bahwa
ciri-ciri orang yang mempunyai kepribadian matang adalah:
a.
Extension of the sense of selt. Meningkatkan kesadaran diri, melihat sisi lebih dan sisi
kurang dari diri;
b.
Warm relatedness to other. orang tipe ini mampu menjalin relasi dengan hangat
dengan orang lain. Allport membedakan menjadi inti-macy (keintiman) dan compassion (kecintaan). Keintiman
merupakan kemampuan orang yang mencintai keluarga atau teman. Sedangkan
kecintaan merupakan kemampuan orang untuk mencintai keluarga, teman, maupun
orang lain. Guru yang memiliki tipe ini biasanya mempunyai banyak relasi, tidak
hanya sebatas relasi di sekolah, tetapi juga relasi di lingkungan sosial.
c.
Self acceptance. Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi dan mampu
menjauhi sikap overact. Biasanya,
guru yang memiliki sifat ini mempunyai toleransi tinggi terhadap frustasi, dan
mau menerima apa yang ada dalam dirinya.
d.
Realistic perception of reality. Memiliki persepsi yang realistik terhadap
kenyataan. Guru yang memiliki sikap ini berorientasi pada perseolan rill yang
dihadapi, bukan pada diri sendiri semata.
e.
Self objectivication. Memiliki pemahaman akan diri sendiri. Guru seperti
ini biasanya mengetahui kemampuan dan keterbatasan dirinya. Selain itu juga,dia
juga memiliki sens of humor (rasa
kejenakaan). Ketika dia mempunyai masalah, maka dia mampu memecahkan masalah
yang pelik tersebut dengan cara yang sedehana di selingi unsur humor.
f.
Unifying philosophy of life (filsafat
hidup yang mempersatukan). Memiliki pedoman hidup untuk menyatukan nilai-nilai
yang kuat dalam kehidupan. Guru seperti ini biasanya memiliki kematangan dalam
membangun kepahaman tentang tujuan hidup.
Selain kepribadian
matang, orang juga perlu memiliki kepribadian yang sehat. Karakteristik yang
harus dimilikinya, oleh E.B Hurlock (1978), dijabarkan sebagai berikut:
a. Mampu menilai diri
secara realistik. Individu yang kepribadiannya sehat mampu menilai dirinya
sebagai mana adanya, baik menyangkut kelebihan (kecerdasan dan keterampilan)
maupun kekurangannya (postur tubuh, wajah, keutuhan, dan kesehatan).
b. Mampu menilai situasi
secara realistik. Individu seperti ini dapat menghadapi kondisi kehidupan yang
dialaminya secara realistik dan mau menerimanya secara wajar. Dia juga tidak
mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai suatau yang harus sempurna.
c. Mampu menilai prestasi
yang diperoleh secara realistik. Individu yang dapat menilai prestasi yang
diperolehnya secara realistik dan mereaksinya secara rasional. Ketika orang ini
memperoleh kesuksesan dalam hidup, dia tidak turut menjadi orang yang sombong.
Demikian halnya, apabila mengalami kegagalan, dia tidak mereaksinya dengan
frustasi, tetapi tetap dengan sikap optimistik (penuh harapan).
d. Menerima tanggung
jawab. Individu yang sehat adalah individu yang bertanggung jawab. Orang yang
memiliki karakter sepeti ini biasanya mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapnya.
e. Kemandirian. Individu
yang memiliki sifat mandiri, baik menyangkut cara dia berpikir dan bertindak.
Selain itu, dia juga mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan
diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku dilingkungannya.
f. Dapat mengontrol emosi.
Individu seperti ini biasanya merasa nyaman dengan emosinya. Dia dapat
menghadapi frustasi, depresi atau stres secara positif atau konstruktif, tidak
destruktif (merusak).
g. Berorientasi tujuan.
Setiap orang mempunyai tujuan yang ingin dicapainya. Namun, dalam merumuskan
tujuan itu ada yang meralistik dan ada
yang tisdak realistik. Individu yang sehat kepribadiannya dapat merumuskan
tujuannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional).
h. Berorientasi keluar.
Individu yang sehat memiliki oerientasi keluar dari dirinya. Orang seperti ini
biasanya respek dan empati terhadap orang lain, mempunyai kepribadian terhadap
situasi atau masalah-masalah lingkungannya, dan bersifat fleksibel dalam
berpikir. Barret Leonard mengemukakan sifat-sifat individu yang beroerientasi
keluar, yaitu: (a) menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya sendiri,
(b) merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, (c) tidak membiarkan dirinya
dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan tidak mengorbankan orang lain
karena kekecewaan dirinya.
i.
Diterima
secara sosial. Individu yang dinilai positif oleh orang lain. Dia juga mau
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam
berhubungan dengan orang lain.
j.
Memiliki
filsafat hidup. Dia mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
k. Berbahagia. Individu
yang sehat, situasi kehidupannya diwarnai kebahagian. Kebahagian ini didukung
oleh faktor-faktor pencaoaian prestasi, penerimaan dari orang lain, dan
perasaan dicintai atau disayangi orang lain.
Sementara ciri-ciri
keprofesionalan di bidang kependidikan, telah di rumuskan oleh Westby dan
Gibson (2004: 21), sebagai berikut:
a.
Memiliki
kualitas layanan yang di akui oleh masyarakat;
b.
Memiliki
sekumpulan bidang ilmu pengetahuan sebagai landasan dari sejumlah teknik dan
prosedur yang unik dalam melakukan layanan profesinya;
c.
Memerlikan
persiapan yang sengaja dan sistematis, sebelum orang itu dapat melaksanakan
pekerjaan profesional dalam bidang pendidikan;
d.
Memiliki
mekanisme untuk melakukan seleksi sehingga orang yang memiliki kompetensi saja
yang bisa masuk ke profesi bidang pendidikan;
e.
Memiliki
organisasi profesi untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat.
Sementara itu, para
guru pun diharapkan memiliki jiwa profesionalisme, yaitu sikap mental yang
senantiasa mendorong dirinya untuk mewujudkan dirinya sebagai petugas
profesional. Pada dasarnya profesionalisme itu, merupakan motivasi intrinsik
pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya ke arah perwujudan
profesional. Kualitas profesionalisme didekung oleh lima kompetensi sebagai
berikut:
1. Keinginan untuk selalu
menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal.
Berdasarkan kritera ini, guru yang memiliki
profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan
standar yang idea. Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada figur yang dipandang
memilki standar ideal. Yang di maksud dengan standar ideal ialah suatu
perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai
rujukan.
2. Selalu meningkatkan dan
memelihara citra profesi.
Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh
besarnya keinginan untuk selalu meningkatkan dan memelihara citra profesi
melalui perwujudan perilaku profesional. Citra profesi adalah suatu gambaran
terhadap profesi guru berdasarkan penilaian terhadap kinerjanya. Perwujudannya
dilakukan melalui berbagai cara misalnya penampilan, cara berbicara, penggunaan
bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi, dan sebagainya.
3. Senantiasa mengejar
kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki
kualitas pengetahuan dan keterampilannya.
Berdasarkan kriteranya ini para guru di harapkan
selalu berusaha mencari dan memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan
profesinya. Berbagi kesempatan yang dapat di manfaatkan untuk pengembangan
profesinya, antara lain:
a.
Mengikuti
kegiatan ilmiah, seperti lokakarya, seminar, simposium, dan sebagainya.
b.
Mengikuti
penataran atau pendidikan lanjutan.
c.
Melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
d.
Menelaah
kepustakaan, membuat karya ilmiah.
e.
Memasuki
organisasi profesi.
4. Mengejar kualitas dan
cita-cita dalam profesi.
Profesionalisme
ditandai dengan kualitas derajat rasa bangga akan profesi yang dipegangnya.
Dalam kaitan ini diharapkan agar para guru memilki rasa bangga dan percaya diri
akan profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan penghargaan akan
pengalamannya di masa lalu, dedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya sekarang,
dan keyakinan akan potensi dirinya bagi perkembangan di masa depan.
Dalam UU Guru dan Dosen
pasal (7) ayat (1) dikatakan bahwa profesi guru dan dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai berikut:
a.
Memilki
bakat,minat, panggiljiw dan idealisme
b.
Memilkii
kualifikasi pendidikan dan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya
c.
Memiliki
kompetensi yang di perlukan sesuai tugasnya
d.
Mematuhi
kode etik profesi
e.
Memilki
hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas
f.
Memperoleh
penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya
g.
Memilki
kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara berkelanjutan
h.
Memperoleh
perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas profesionalnya
i.
Memilki
organisasi profesi yang berbadan hukum.
Macam-macam Keterampilan Mengajar Guru
Turney
dalam Sambassalim (2012) mengemukakan ada 8 (delapan) keterampilan
mengajar/membelajarkan yang sangat berperan dan menentukan kualitas
pembelajaran, diantaranya:
1. KETERAMPILAN BERTANYA
Ada yang
mengatakan bahwa “berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Bertanya merupakan
ucapan verbal yang meminta respon dari seseorang yang dikenal. Respon yang di
berikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan
berpikir.
Dalam proses
belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang
tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak
positif terhadap siswa, yaitu:
a.
Meningkatkan partisipasi siswa dalam
kegiatan belajar-mengajar.
b.
Membangkitkan minat dan rasa ingin
tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dihadai atau dibicarakan.
c.
Mengembangkan pola dan cara belajar
aktif dari siswa sebab berfikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya.
d.
Menuntun proses berfikir siswa sebab
pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang
baik.
e.
Memusatkan perhatian siswa terhadap
masalah yang sedang dibahas.
Keterampilan
dan kelancaran bertanya dari calon guru maupun dari guru itu perlu dilatih dan
ditingkatkan, baik isi pertanyaannya maupun teknik bertanya.
2.
KETERAMPILAN
MEMPEBERIKAN PENGUATAN
Penguatan (reinforcement)
adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa,
yang bertujuan memberikan informasi atau umpan balik (feed back) bagi si
penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Penguatan juga
merupakan respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
a.
Tujuan Pemberian Penguatan
Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses
belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut: (a). Meningkatkan perhatian
siswa terhadap pelajaran. (b) Merangsang dan meningkatkan motivasi
belajar. (c). Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku
siswa yang produktif.
b.
Jenis-jenis Penguatan
1) Penguatan
verbal, Penguatan verbal biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata
pujian, penghargaan, persetujuan dan sebagainya.
2) Penguatan
non-verbal, Penguatan non-verbal terdiri dari penguatan gerak isyarat,
penguatan pendekatan, penguatan dengan sentuhan (contact), penguatan dengan
kegiatan yang menyenangkan, penguatan berupa simbol atau benda dan penguatan
tak penuh (partial).
3) Prinsip Penggunaan Penguatan
Penggunaan penguatan secara efektif
harus memperhatikan tiga hal, yaitu kehangatan dan keantusiasan, kebermaknaan,
dan menghindari penggunaan respons yang negatif.
3. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
Variasi
stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar
mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi
belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta
penuh partisipasi.
a.
Tujuan dan Manfaat
1) Untuk
menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajar
mengajar yang relevan.
2) Untuk
memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui dan menyelidiki
pada siswa tentang hal-hal yang baru.
3) Untuk
memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai
cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik.
4) Guna member
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang
disenanginya.
b.
Prinsip Penggunaan
1) Variasi
hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai.
2) Variasi
harus digunakan secara lancer dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak
perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran.
3) Direncanakan
secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana pelajaran atau
satuan pelajaran.
Komponen-komponen
Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi
dalam kegiatan belajar mengajar dimaksudkan sebagai proses perubahan dalam
pengajaran, yang dapat di kelompokkan ke dalam tiga kelompok atau komponen,
yaitu :
a.
Variasi dalam cara mengajar guru, Variasi
dalam cara mengajar guru meliputi : penggunaan variasi suara (teacher
voice), Pemusatan perhatian siswa (focusing), kesenyapan atau
kebisuan guru (teacher silence), mengadakan kontak pandang dan gerak (eye
contact and movement), gerakan badan mimik, dan pergantian posisi guru
dalam kelas dan gerak guru (teachers movement).
b.
Variasi dalam penggunaan media dan
alat pengajaran. Media dan alat pengajaran bila ditunjau dari indera
yang digunakan dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar,
dilihat, dan diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai
berikut : variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids),
variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids), variasi alat
atau bahan yang dapat diraba (motorik), dan variasi alat atau bahan yang
dapat didengar, dilihat dan diraba (audio visual aids).
c.
Variasi pola interaksi dan kegiatan
siswa. Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar sangat
beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai
kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Penggunaan variasi pola interaksi
dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan, kejemuan, serta untuk
menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan.
Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan sebagai
berikut:a (a) Pola guru-murid, yakni komunikasi sebagai aksi (satu arah) (b).
Pola guru-murid-guru, yakni ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada
interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai interaksi) (c). Pola guru-murid-murid,
yakni ada balikan bagi guru, siswa saling belajar satu sama lain. (d).
Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid. Interaksi optimal antara guru dengan
murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah)
(e). Pola melingkar, dimana setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan
sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap
siswa belum mendapat giliran.
4. KETERAMPILAN MENJELASKAN
Keterampilan menjelaskan adalah
penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk
menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian
informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok
merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
a.
Tujuan Memberikan Penjelasan
1) Membimbing
murid untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip
secara objektif dan bernalar.
2) Melibatkan
murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan.
3) Untuk
mendapatkan balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk
mengatasi kesalahpahaman mereka.
4) Membimbing
murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan
bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
5. KETERAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
Membuka
pelajaran (set induction) ialah usaha atau kegiatan yang dilakukan
oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondusi bagi
siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya
sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan
belajar. Sedangkan menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang
dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar.
Usaha menutup pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh
tentang apa yang telah dipelajari oleh siswa, mengetahui tingkat pencapaian
siswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar-mengajar.
Komponen
keterampilan membuka pelajaran meliputi: menarik perhatian siswa, menimbulkan
motivasi, memberi acuan melalui berbagai usaha, dan membuat kaitan atau
hubungan di antara materi-materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan
pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Komponen keterampilan menutup pelajaran
meliputi: meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti
pelajaran dan membuat ringkasan, dan mengevaluasi.
6. KETEAMPILAM MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
Diskusi
kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang
dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau
informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok
merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir,
berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi
kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan
berkomunikasi termasuk di dalamnya keterampilan berbahasa.
Komponen-komponen
keterampilan membimbing diskusi
a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi
b. Memperluas masalah atau urutan pendapat
c. Menganalisis pandangan siswa
d. Meningkatkan urunan pikir siswa
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
f. Menutup diskusi
7. KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal
dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar.
Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar, misalnya penghentian
tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi
ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok
yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal
dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam melaksanakan keterampilan mengelola kelas maka perlu diperhatikan
komponen-komponen keterampilan, antara lain:
a.
Keterampilan yang berhubungan dengan
penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif)..
Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dan
mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal-hal
seperti keterampilan menunjukkan sikap tanggap, member perhatian, memusatkan
perhatian, memusatkan perhatian kelompok, memberikan petunjuk-petunjuk yang
jelas, menegur dan member penguatan.
b.
Keterampilan yang berhubungan dengan
pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan
dengan respons guru terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan dengan maksud
agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi
belajar yang optimal. Apabila terdapat siswa yang menimbulkan gangguan yang
berulang-ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respon yang
sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah,
atau orang tua siswa.
Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang
harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut: (1) campur tangan yang
berlebihan (teachers instruction). (2). kesenyapan (fade away)
(3). ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stop and stars)
(4). penyimpangan (digression) (5). bertele-tele (overdwelling)
8.
KETERAMPILAN
MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Secara
fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3-
8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran
kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap
setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun
antara siswa dengan siswa.
Komponen
keterampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan pendekatan secara
pribadi, keterampilan mengorganisasi, keterampilan membimbing dan memudahkan
belajar dan keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.
Diharapkan
setelah menguasai delapan keterampilan mengajar yang telah dijelaskan di atas
dapat bermanfaat untuk mahasiswa calon guru sehingga dapat membina dan
mengembangkan keterampilan-keterampilan tertentu mahasiswa calon guru dalam
mengajar. Keterampilan mengajar yang esensial secara terkontrol dapat
dilatihkan, diperoleh balikan (feed back) yang cepat dan tepat, penguasaan
komponen keterampilan mengajar secara lebih baik, dapat memusatkan perhatian
secara khusus kepada komponen keterampilan yang objektif dan dikembangkannya
pola observasi yang sistematis dan objektif.
Menjadi
calon guru dan guru professional sebenarnya mudah asalkan saja kita mau belajar
dan bergerak dan kata kuncinya adalah kemauan. Karena ada pepatah
mengatakan,”Di mana ada kemauan di situ ada jalan”. Jadi tidak ada salahnya
kita ingin menadi yang terbaik dalam dunia pendidikan hendaknya kita mau ingin
bergerak.
Yusriadi
dalam bukunya Pendidikan yang Inspiratif memberikan pesan kepada calon dan guru
untuk lebih berpikir positif dalam setiap langkah agar menjadi calon dan guru
yang lebih profesional.
a. Mau Belajar
Guru
yang mau belajar sungguh snagat berbeda dengan guru yang enggan belajar. Ia
memanfaatkan hasil yang telah ia raihselama ini yang menurut orang lain belum
cukup atau pas bilaman ia menjadi seorang pendidik. Hendaknya ia lebih belajar
lebih tinggi lagi.
Meningkatnya
kualitas guru dan pendidikan tergantung bagaimana pendidikan guru yang
mendidik. Seharusnya pemerintah memberikan sertifikasi kepada guru yang ingin
belajar lebih tinggi dan mempunyai kemauan untuk belajar. Guru harus belajar
dan menuntut ilmu, sehingga dengan demikian guru- guru dapat mendorong anak-
anak secara maksimal. Jika guru- guru sudah maksimal, ketika itulah mereka
mendapatkan tambahan pendapatan. Orang harus diayar berdasarkan nilai pekerjaan
yang ia lakukan.
b. Menjadi Guru Baik
Guru
yang baik adalah guru yang tidak pernah memberikan nilai yang bagus kepada
siswa. Guru yang baik adalah guru yang tiak memberikan tugas tambahan. Dan guru
yang baik itu masuk akhir dan pulang lebih awal. Tetapi sesungguhnya kbaikan
dalam bayangan ini adalah kebaikan semu. Guru yang baik yang sesungguhnya
adalah guru yang mengajar dengan benar dan amanah.
Augustine
Cury dalam Yusriadi (2013: 83) menyebutkan ada 6 kebiasaan guru baik dan
mengagumkan. (1) Guru yang baik pandai bicara, sedangkan guru yang mengagumkan
tahun cara kerja pikir. (2) Guru yang baik mempunyai metodologi, sedangkan guru
yang mengagumkan mempunyai kepekaan. (3) Guru yang baik mendidik kecerdasan
logika, sedangkan guru yang mengagumkan mendidik emosi. (4) Guru yang baik
menggunakanmemori sebagaipenyimpang informasi sedangkanguru yang mengagumkan
menggunakan sebagai seni berpikir. (5) Guru yang baik adalh pemimpin yang
mentara, sedangkan guru yang mengagumkan adalah pemimpin yang tak terlupakan.
(6) Guru yang baik.
c. Menjadi Guru Modis
Guru
modi adalah guru yang berpenampilan menor atau berlebihan. Guru harus
memberikan contoh yang baik pada siswanya dan guru menjadi model bagi semua
siswa. Oleh karena itu hendaknya guru harus memperhatikan penampilannya.
Penampilan guru hendaknya berpenampilan sederhana, tetapi bersih. Memang
seorang guru harus memperhatikan penampilan fisik, tetapi perhatian itu lebih
kepada konsep utilities.
d. Melakukan hal yang Positif
Hendaknya
guru lebih akif dalam mengajar, masuk kelas untuk mendidik dengan mentransfer
ilmunya, bukan malah sebaliknya enggan untuk masuk kelas dan malah cuek dengan
siswa. Risih melihat siswa yang mengerumuni dirinya.
Namun
seharusnya yang dilakukan adalah masuk ke kelas lebih awal dari pada siwa dan
tepat waktu alias disiplin dan keluarnya sesuai dengan jadwal dan terakhir
keluar dari kelas.
e. Jangan Menyiksa diri
Penmapilan
memang penting bagi seorang guru namun lebih memperhatikan kualitas diri. Seorang guru dilihat dari bagaimana ia berpakaian,
merek dan bahan apa yang dipakainya tidaklah penting melainkan apakah yang
dipakainya itu asalkan rapi dan senang dipandang orang.
Islam
mengjarakan kita kepada sesama, bahwasanya janganlah melihat ke tas melainkan
lihatlah ke bawah. Artinya kita hidup ini janganlah selalu mementingkan
kelebihan atau membawa kita kepada jauh dari Allah dan hendaknya kita lebih
ingat dan memperhatikan yang di bawah kita agar kita selalu mempunyai hati yang
sosial dan jernih.
f. Menulis
Menulis
memang pekerjaan pekerja kademis yang mampu duduk berjam- jam dan mengerjakan
pekerjaan kantor. Namun bagi seorang guru lebih dituntut lagi lebih suka dalam
dunia tulis menulis. Bila mana ingin naik pangkat dan menambah gaji maka guru
juga dituntut untuk lebih professional dalam menulis, dengan bentuk Karya Ilmia
atau Riset Penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Pupuh
Fathurrohman dan Dr. AA. Suryana, MM. 2011. Supervisi
Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran. Refika Aditama. Bandung
Sambassalim. 2012. “Keterampilan Mengajar Guru”, dalam http://Keterampilan Mengajar guru_Crixs.htm (akses internet Kamis, 19 Juni 2014)
Suyanto dan Asep
Djihad. 2012. Bagaimana Menjadi Calon
Guru dan Guru Professional. Multi Pressindo. Yogyakarta
Yusriadi. 2013. Inspirasi pendidikan untuk Pendidikan yang
Inspiratif. STAIN Press. Pontianak.
Tidak ada komentar