Breaking News

MEMBANGUN KARAKTER PADA ANAK MELALUI PENDIDIKAN KELUARGA Oleh: Nursilan_Kepala Madrasah


MEMBANGUN KARAKTER PADA ANAK

MELALUI PENDIDIKAN KELUARGA



NURSILAN
Mahasiswa pascasarjana IAIN Pontianak, Jalan letjen Soeprapto No. 19
Email: nnursilan@gmailcom

PENDAHULUAN
Dewasa ini, membuat orang tua semakin khawatir akan perkembangan zaman. Di era milenial, tidak lepas dari teknologi yang semakin hari semakin berkembang. Berkembangnya tekhnologi, semakin mudah informasi diakases dari berbagai kalangan dari yang kecil hinga yang tua, sehingga menimbulkan dampak postif dan negatif.
Selain itu pula, budaya asing telah masuk ke Indonesia, dari pola berpakaian, gaya rambut, pola makan, hingga pergaulan juga sudah menyebar kekalangan muda hingga ke anak-anak. Sehingga membutuhkan perhatian lebih agar mereka tidak terkontaminasi untuk terjerungus ke dalam dunia bebas.
Namun demikian, tidaklah semerta merta hal di atas menjadi fokus masalah yang ada pada anak namun juga terletak pada lingkungan keluarga. Kasih sayang dan perhatian orang tua kepada anaknya juga memperngaruhi tingkah laku/ karakter anak sehingga perlu adanya bimbingan sejak dini agar kelak tumbuh dewasa dapat di filter karakter yang kurang baik.
Tidak hanya itu, dilayar kaca juga sering kali kita saksikan drama-drama atau film yang mencerminkan karakter anak yang kurang baik. Tayangan film yang merekrut remaja untuk serta berperan atau berlakon guna meningkat reting televisi agar lebih diminati atau digemari oleh pemirsa di rumah dengan mengangkat tema percintaan. Namun tidak memikirkan dampak kepada remaja lainnya. Dalam kata lain, sejak dini mereka sudah dipertontonkan hal yang akan membuat mereka berbuat sama seperti yang disaksikannya di layar kaca.
Didalam peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 87 tahun 2017 tentang penguatan pendidikan karakter agar karakter diri anak semakin positif dan mandiri. Dikuatkan kembali dengan adanya peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan (Permendikbud) nomor 20 tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter di satuan pendidikan formal.
Di sekolah, berdasarkan amanat ini, telah menerapkan pendidikan karakter di setiap mata pelajaran melalui aspek sikap. Guru yang mengajar, menilai salah satu sikap/ karakter yang membangun jiwa anak seperti sikap tanggung jawab, berani, peduli, dan lain-lain. Tidka hanya itu, sekolah juga ada yang telah menyelenggarakan fullday guna untuk meminimalisir kegiatan siswa di luar sekolah yang kurang bermanfaat.
Sekolah juga sangat menyangkan kepada guru agar ketika mendidik siswa di sekolah tidak dengan kekerasan. Memberikan mereka pendidikan dengan perhatian, kasih  sayang dan pengertian agar mereka dapat menyerap ilmu dengan ikhlas dan senang hati sehingga timbullah rasa mencintai kepada pelajaran dan gurunya.
Namun, dalam membentuk karaker anak tidaklah cukup hanya memanfaatkan didikan di sekolah, namun harus ada pula dukungan dari keluarga agar tetap mengawasi dan mendidik anaknya lebih fokus. Membiasakan anak di rumah untuk melakukan hal yang postifi, bermanfaat dan mengarah kepada pembentukan karakter. Memberikan contoh postif kepada anak adalah salah satu hal sangat urgen, bukan hanya sekedar bicara namun juga dengan perbuatan sehingga anak paham akan manfaat yang sedang di lakukannya.
Anak adalah anugrah dari Allah SWT. yang harus disyukuri oleh setiap insan yang mendapatkan anugrah tersebut. Allah titipkan sebagai amanh yang harus di jaga hingga tiba masah baligh[1]. Oleh karena anak adalah amanah yang orang pilihan saja menganugrahkan itu, maka harus di didik dengan benar sesuai dengan tuntunan ajaran agama masing-masing.
Dimulai cara memperoleh pasanagan hidup hingga lahirnya seorang anak dan tumbuh dewasa haruslah dijaga dan diperhatikan setiap gerak gerik, baik sikap orang tua maupun anak itu sendiri. Karena setiap perbuatan akan dipertanggung jawabkan. Nabi bersabda: (Ahmad Sunarta dan Syamsudin Noor. 2012: 255)

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ عَلَيْهِمْ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ 
Artinya:
Diriwayatkan Abdullah bin Maslamah dari Malik dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin umarr.aberkata: saya telah mendengar rasulullah saw bersabda : setiap orang adalah pemimpin dan akan di minta pertanggung jawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggung jawaban  perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang suami akan di tanya perihal keluarga yang dipimpinnya. Seorang isteri yang memelihara rumah tangga suaminya akan ditanya perihal tanggung jawab dan tugasnya. Bahkan seorang pembantu/pekerja rumah tangga yang bertugas memelihara barang milik majikannya juga akan ditanya dar ihal yang dipimpinnya. Dan kamu sekalian pemimpin dan akan ditanya (diminta pertanggungan jawab) dari hal-hal yang dipimpinnya. ( HR. Bukhari, Muslim)
           
Makna yang dalam terkandung hadits diatas adalah setiap yang kita perbuat akan dipertanggung jawabkan oleh setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun dewasa, dan baik yang muda sampai yang tua, termasuklah anak yang kita didik. Oleh karena itu, didiklah anak sesuai dengan ilmu yang kita punya sesuai dengan tuntunan Islam.
Anak bukanlah orang dewasa, dan tidak boleh diperlakukan seperti orang dewasa. Mereka tidak boleh kerja berat seperti halnya pekerjaan orang dewasa. Dan kedewasaan anak-anak tidak bisa dipaksakan secara instan dan dipercepat semau-maunya. Karena kedewasaan anak akan menghasilkan manusia yang akan menghormati orang yang lebih tua dengan akhlak mulianya. Bila mana anak-anak dipaksakan untuk menjadi dewasa, maka kebiadabanlah yang akan menguasai diri anak tersebut. Karena didik tidak sesui dengan umur dan perlakuan dari orang dewasa.
Apa yang kita lihat sekarang ini tergambar bahwa anak-anak sesuai mereka sedang terluka. Cara berpakaian, gaya rambut, cara berbicara selayaknya orang dewasa. Dan lebih mirisnya lagi bahwa perbedaan orang yang dewasa dan anak-anak sangat tipis sekali jaraknya.
Sikap orang dewasalah yang harus benar-benar serius menangani anak-anak di masa milenial ini. Ajarkan sejak dini bagaimana cara bertata krama dengan orang yang lebih tua, masyarakat, lingkungan dan dengan Penciptanya.
Untuk menyikapi hal ini, perlunya keikutsertaan lembaga pendidikan yang lebih serius lagi guna untuk meminimalisir menipisnya karakter anak bangsa dimasa milenial ini. Lembaga pendidikan merupakan tempat di mana anak-anak merasakan kebahagian menikmati dunia anak dan untuk dipersiapkan menghadapi tatanan kultur masyarakat yang berbeda.
Yang terakhir inilah, yang perlu kita tekanlan lagi bahwa, anak merupakan generasi bangsa masa depan yang harus kita persiapkan untuk menghadapi tantangan dunia di masa mendatang. Dengan anak yang mempunyai ilmu dan etika, maka bangsa kita akan tetap kokoh berdiri walau sepak terjang di depan mata.

PENDIDIKAN KARAKTER
Pendidikan yang diperbincangkan ramai di masa kini adalah pendidikan karakter yang juga tertuang dalam Permendikbud No. 20 tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter (PPK) pada satuan pendidikan yang berbunyi “Gerakan pendidikan di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi olah hati olah rasa, olah pikir dan olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan , keluarga dan masyarakat sebagi bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).
Karakter (Inggris: character), yang secara etimologis berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu charassein (Inggris: to engrave) bisa diterjemahkan mengukir, melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Marzuki dan Lisa Hapsani, Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Kepramukaan di Man 1 Yogyakarta, Vol 2, 2015. Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter” diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 682).
Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Koesoema (2007:80) memandang karakter identik dengan kepribadian atau akhlak. Kepribadian merupakan ciri, karakteristik, atau sifat khas diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir. Seiring dengan pengertian ini, ada sekelompok orang yang berpendapat bahwa baik buruknya karakter manusia sudah menjadi bawaan dari lahir. Jika bawaannya baik, manusia itu akan berkarakter baik, dan sebaliknya jika bawaannya jelek, manusia itu akan berkarakter jelek. Jika pendapat ini benar, pendidikan karakter tidak ada gunanya karena tidak akan mungkin mengubahkarakter orang yang sudah taken for granted. Sementara itu, sekelompok orang yang lain berpendapat berbeda, yakni bahwa karakter bisa dibentuk dan diupayakan sehingga pendidikan karakter menjadi bermakna untuk membawa manusia dapat berkarakter yang baik.
Pendidikan yang bermutu untuk membangun masa depan yang cemerlang adalah tugas berat yang perlu dirancang dengan baik agar kualitas atau mutu yang diinginkan dapat tercapai. Tidak hanya melahirkan anak didik yang pintar dalam pengetahuan namun juga pintar dalam berakhlak serta mampu bersaing dengan untuk menjadi generasi yang berwirausaha.


MEMBANGUN KARAKTER
            Secara alami, sejak usia dini sekitar umur tiga sampai lima tahun, kita elah disuap dengan berbagai informasi yang berasal dari orang tua, lingkungan dan secara tidak sadar udah terekam di bawah alam sadar kita. Kemampuan berfikir anak di usia tersebut masih terbuka, belum ada penyaringan mana yang baik untuk dirinya atau yang tidak baik. Kemudian, ketika masuk ke dunia nyata, mendapatkan informasi dari berbagi sumber yang mengantarkannya untuk berfikir lebih mendalam.
            Semakin banyak informasi yang di terimanya, semakin matang pula ia berpikir, maka semakin percaya dirinya sakan semakin mantab, maka setiap perbuatan, pola pikir dan kebiasaan akan terbentuk dengan sendirinya,
            Dengan bekal ini, apabila ia mampu mengendalikannya, maka perbuatan, pola pikir, kebiasaanya dan konsep dirinya baik maka kehidupannya akan bahagia. Namun sebaliknya apabila ia tidak bisa membentengi dirina, maka ia akan semakin buruk.
Menurut Gede Raka (2007) Pendidikan untuk pembangunan/ pembentukan karakter pada dasarnya mencakup pengembangan substansi, proses dan suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong dan memudahkan seseorang unuk mengembangkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Pembiasaan diri dari sejak dinilah yang akan mampu membangun karakter yang baik, dari pembiasaan hal-hal sederhana namun membekas di hati dan akan selalu ditatinya. Contoh nyata adalah, apabila orang Indonesia pergi ke luar negeri seperti Jepang, atau Singapura maka ia akan tertib berlalu linta, tetapi apabila ia kembali ke Indonesia, maka kebiasaannya liar ketika berlalu lintas di jalan raya akan terulang kembali.
Dengan demikian, Pendidikan karakter tidal cukup hanya sebatas terori atau pengertian saja, namun harus dibiasakan agar menjadi pelajaran bagi dirinya dan untuk orang lain.
Ki Hajar Dewantara mengutamakan empat pilar pendidikan karakter, yaitu olah pikir, olah rasa, olah hati, dan olah raga (Ana Rosilawati. 2007. Vol 1: 53).
a.    Olah Pikir
Orang tua sebagai pendidik di rumah harus senantiasa mengolah pikirnya agar menjadi manusia yang cerdas, kreatif, kritis dan inovatif. Mari kita olah pikiran kita untuk menjadi manusia yang berpikir, manusia yang cerdas, kreatif, kritis dan inovatif untuk meningkatkan mutu kecerdasan anak. Jadilah orang tua yang kreatif dan inovatif dengan  mengajak anak-anak kita agar  mengolah pikirnya agar menjadi siswa yang cerdas, kreatis, kritis dan inovatif.

b.    Olah Rasa
Orang tua harus senantiasa mengolah rasa/karsanya untuk menjadi manusia yang ramah dan saling menghargai, peduli, mau bekerja sama, saling menolong dan produktif (berkarya). Olah karsa kita agar menjadi orang tua yang ramah, saling menghargai, peduli, mau bekerjasama, mau menolong dan produktif. Kita tanamkan juga olah rasa (karsa) ini kepada anak-anak kita, agar mereka tumbuh menjadi insan mempunyai rasa yang mulia.

c.    Olah Hati
Orangtua harus senantiasa mengolah hatinya untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, penyayang, amanah dan bertanggung jawab. Kita olah hati kita agar menjadi manusia yang berhati lembut dan penyayang dalam menjalankan tugas mulia sebagai orang tua. Menjadi orangtua yang berhati mulia itulah yang utama, tidak hanya mengedepankan pikiran semata. Kita juga harus menanamkan olah hati ini kepada anak-anak kita agar menjadi siswa yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, penyayang, amanah dan bertanggungjawab.

d.   Olah Raga
Orangtua harus senantiasa mengolah raganya agar selalu sehat, disiplin, sportif, bersahabat, berdaya guna dan kompetitif. Kita olah raga kita agar menjadi sehat, disiplin, sportif, berdaya guna dan kompetitif. Kita tanamkan olah raga ini kepada anak-anak agar menjadi anak yang  selalu sehat, disiplin, sportif, bersahabat, berdaya guna dan kompetitif.
Bagaimana anak ingin dilahirkan menjadi anak yang cerdas, keratif, kritis berfikir, inovatif sedang orng tuanya bermalas-malasan, enggan mengajarkan anaknya, cuek dan tidak pedulid engan perkembangan  dan pertumbuhan anaknya. Karena orangtua adalah model bagi anak, sebab itulah mulailah dari diri sendiri sebagi orangtua untuk memperbaiki dan memuhasabah diri untuk akan sebagi keturunan kita nanti.

PENDIDIKAN KELUARGA
Mendidik anak bukanlah hal yang mudah seperti halnya mebolak balikan telapak tangan, namun perlu berhati-hati karena setiap yang kita ajarkan dan yang dilihat anak-anak akan dipraktikkannya. Bila mana yang kita ajarkan kepadanya adalah hal yang baik maka ia kelak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang baik namun apabila sebaliknya yang diajarkan, maka ia kan tumbuh menjadi orang dewasa yang tak kenal budi pekerti yang baik.
Di dalam Islam, telah tertulis cerita Nabi Muhammad dengan tinta hitam yang telah di baca banyak orang. Yang dikenal sebagi manusia yang sangat santun, berbudi luhur yang baik, shiddiq, amah, tabligh dan fathana itu adalah empat sifat Rasul yang harus kita tiru sebagi penerus pejuang dakwah Nabi.
Di dalam al qur’an juga tertulis, diceritakan oleh penceramah bagaimana Lukman menasehati anaknya agar menjadi insan yang berbakti kepada orang tuanya dan takut serta tunduk pada penciptanya.
Mendidik anak, perlu adanya ilmu yang kita peroleh dari guru/ orang tua yang sudah dewasa dari pada kita, sehingga ada panutan atau contoh yang baik yang harus kita ikuti. Allah berfirman dalam qur’an surah Lukman ayat 13:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar".
            Ayat di atas, mengajarkan kita sebagi pendidik di rumah tangga dan tidak menutup kemungkinan juga kepada pendidik di sekolah bahwa, hal yang pertam kita ajarkan kepada anak adalah memperkenalkan siapa penciptanya dan menceritakan bagaimana keagungan sang Khalik di mata manusia.
Kata بني (bunayya) adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Asal Ibny dari kata Ibnu adalah anak lelaki. pemuglan tersebut mengisyaratkan kasih sayang (M.Quraish Shihab. 2009: 298 volume 10). Pelajarn untuk pendidik bahwa, mendidik hendaknyan didasari oleh rasa kasih sayang terhadap peserta idiik (anak).
Kemudian diceritakan kelanjutannya bahwa, dalam mendidik anak adalah berbakti kepada kedua orangtuanya yang telah membesarkan dan menyanyangi dengan penuh kasih sayang. “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
Hal-hal yang menyebabkan seseornag anak diperintahkan berbuat baik kepada ibu adalah (Al Qur’an dan Tafsir Jilid 7. 2012: 550) sebagi berikut (1) Ibu mengandung seornag anak sampai ia dilahirkan. Selama masa mengandung itu, ibu menahan dengan sabar dan penderitaan yang cukup berat, mulai pada bulan-bulan pertama, kemudian kandungan itu semakin lama semakin berat dan ibu semakin lemah, sampai ia melahirkan. kekuatan baru pulih setelah habis masa nifas[2]. (2) Ibu menyusui anaknya sampai usia dua tahun. banyak penderitaan dan kesukaran yang dialami ibu dalam masa menyusukan anaknya. Hanya Allah yang mengetahui segala penderitaan itu.
Dilanjutkan kembali di ayat yang ke enam belas adalah agar beramal baik kepada manusia, dari yang besar maupun sekecil apapun, yang tyampak dan tidak tampak, yang terlihat maupun tidak terlihat baik dilangit maupun di bumi pasti diketahui Allah.
Ayat ke tujuh belas, Lukman mewasiatkan kepada naknya hal-hal berikut (Al Qur’an dan Tafsir Jilid 7. 2012: 554): (1) Selalu emndirikan shalat dengan sebaik-baiknya, sehingga di ridhai Allah, (2) Mengajak manusia untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang Allah ridhai dan (3) Sellau sabar dan tabah dalam menghadapi segala cobaan yang menimpa, akibat dari mengajar masnuia berbuat baik dan meninggalkan perbuatan yang mungkar, baik cobaan itu dalam bentuk kesenangan dan kemegahan maupun dlaam bentuk kesengsaraan dan penderitaan.
Wasiat berikutnya adalah berbudi pekerti yang baik dengan cara jangan sekali-kali bersifat angkuh dan sombong, membanggakan diri sendiri dan memandang rendah orang lain dna hendaklah berjalan dengan wajar, tidak dibuat-buat dan kelihatn angkuh atau sombong dan lemah lembut dalam berbicara sehingga orang yang melihat dna mendengarnya merasa senang dan tentram hatinya.

PENUTUP
Berbicara tentang pendidikan, maka perlulah kita mulai dari diri sendiri, dari hal yang terkecil dan mulai dari sekarang agak tidak terlambat. Karena anak bukanlah robot yang bisa kita gerakan sesuka hati dan seenak memerintahnya, namun anak adalah keturunan yang direzkikan kepada kita yang harus kita jaga dan dirawat dengan baik. Berikan sentuhan dengan lenut serta berikan kasih dna sayang agar anak tumbuh dengan kehangat dalam pelukan orang tuanya. Sehingga tumbuh menjadi anak yang shaleh/ shalihah menjadi kebanggaan ornagtua, negara dna bangsa.
Kita berharap bahwa, ketika anak dewasa bisa mengabdikan diri untuk kemaslahatan umat. Bisa berfikir kritis, beretika pemikiran yang penuh dengan pertimbangan untuk masa depan. Dapat bersosialisa dengan masyarakat, baik orang tua, keluarga maupun lingkungan.
Dengan membangun kekuatan yang bersinergis anatar sesama, maka diharapkan kita mampu menyiapkan masa depan bangsa melalui anak titipan Allah yang benar-benar kita pelihara dan optimalkan untuk mendidik mereka untuk masa depan kita, dan mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sunarta dan Syamsudin Noor. 2012. Himpunan Hadits Shahih Bukhari. TB. Setia Kawan: Jakarta
Ana Rosilawati. 2012. Pendidikan Untuk Anak bangsa (Mencari Model Pendidikan yang membuka Masa Depan). Jurnal  At-Turats Warisan Khazanah Intelektual. Jurnal Tarbiah STAIN Pontianak: Pontianak
Kementerian Agama RI. 2012. Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid 7 Juz 19, 20, 21. PT Sinergi Pustaka Indonesia: Jakarta
Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global Cet. I. Grasindo: Jakarta
M. Quraish Shihab. 2009. Tafsir Al Mishbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al Qur’an. Lentera Hati: Jakarta
Tanpa Nama Penulis. 2019. Pengaruh Punk Menghawatirkan. 15 Januari Tribun Pontianak hal 9.





[1] Baligh adalah istilah dalam hukum Islam yang menunjukkan seseorang telah mencapai kedewasaan
[2] Masa nifas adalah masa yang dihitung sejak seorang ibu melahirkan, hingga 6 minggu sesudahnya. Pada masa 6 minggu ini, akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh ibu sehingga organ-ogan yang berperan dalam masa kehamilan (seperti rahim, serviks, vagina) akan kembali seperti semula saat sebelum hamil.

Tidak ada komentar